Kiat Menulis Untuk Media Massa

Ada artikel menarik tentang kiat menulis untuk media massa, yang saya ambil dari majalah Ummi. Barangkali bermanfaat bagi Anda yang lagi membutuhkan pencerahan seputar dunia penulisan.

Menulis itu gampang, kata seorang penulis terkenal. Benarkah? Lalu mengapa sulit
sekali menuangkan pikiran kita ke dalam tulisan, padahal kadang-kadang idenya
merupakan representasi kehidupan sehari-hari?

Ada baiknya kita mengetahui kiat-kiat menulis yang diperlukan bagi penulis pemula.

Hal yang sering dikeluhkan oleh penulis pemula atau calon penulis, umumnya kesulitan menuangkan ide pokok ke dalam tulisan. Setelah menulis beberapa paragraf, kita kemudian seperti kehilangan ide pokok. Alhasil, antara paragraf satu dengan yang lain tidak nyambung sama sekali.

Masalah lain adalah terlalu banyak ide yang ingin kita tuangkan ke dalam tulisan hingga ide tulisan berloncatan kesana kemari tak tentu arah. Logika yang kita gunakan pun seringkali salah tanpa kita sadari. Bahkan untuk sebuah cerpen sederhana, kesalahan ini masih banyak ditemukan.

Menulis itu gampang atau sulit?

Jawaban pertanyaan ini sangat relatif. Ada orang yang hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menyelesaikan tulisannya, namun ada pula yang berkali-kali menatap kertas atau layar kosong monitor dengan wajah putus asa.

Jadi gampang atau sulit itu amat tergantung pada sejauh mana keseriusan Anda untuk terus menulis.

Tahukah Anda kalau Ernest Hemingway, sastrawan kondang itu harus menelan kepahitan dengan berpuluh kali, bahkan lebih, tulisannya ditolak mentah-mentah oleh penerbit? Modal kepercayaan diri yang besar dan semangat pantang menyerahlah yang membuat namanya termashur seperti sekarang.

Nah, apakah Anda mempercayai diri sendiri bahwa Anda bisa menulis? Itu problem utama yang harus diselesaikan sebelum Anda mulai menulis. Berikut ini kiat sederhana untuk penulis pemula.

PERTAMA, seorang penulis harus memiliki keinginan, hasrat, dan cita-cita yang
tinggi.

Tiga hal tersebut penting dimiliki oleh penulis. Awalilah kegiatan menulis dengan cita-cita atau keinginan mengamalkan ilmu. Cita-cita bijaksana ini akan membuat tulisan Anda mengalir dengan lancar karena berangkat dari hati.

Ingatlah, cita-cita yang besar biasanya berawal dar hal-hal yang kecil.

KEDUA, niat. Niat adalah akar dari segala amal. Ia juga mendasari
langkah-langkah yang akan kita ambil dalam menulis. Niat itu melandasi tujuan
kita.

Apakah kita hendak menjadi penulis terkenal, disenangi oleh para pembaca. Atau ingin menjadi penulis yang menitikberatkan pada pendidikan bagi setiap orang yang membacanya walaupun tidak begitu dikenal orang .

Tanpa niat yang tulus, sulit untuk mencapai keberhasilan. Niat yang baik, hasilnya akan baik pula.

KETIGA, penulis harus memiliki modal. Bisa berbentuk materi atau
keahlian.

Modal utama adalah kemahiran dan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemahiran ini harus diuji dan dipraktekkan melalui latihan yang kontinyu yakni dengan membaca dan menulis.
Banyak membaca akan melatih kemampuan berbahasa dan teknik penulisan yang benar. Serta akan mendorong kita untuk menuangkan ide atau gagasan kita ke dalam tulisan.

Sedangkan modal materi tentu saja peralatan untuk menulis. Baik itu mesin ketik atau komputer, kertas, dan lainnya.


KEEMPAT, teruslah menulis. Tuliskan apa yang ada di pikiran kita. Teruslah
berlatih menulis dan jangan pernah berhenti.

Yakinkan diri sendiri, menulis itu indah. Sebuah pekerjaan yang menyenangkan. Tulisan kita akan jadi pedoman hidup bagi pembacanya.

Orang yang membacanya jadi tertarik akan bahasa, susunan kalimat, dan penguraiannya. Hal itu dapat dimulai dengan menuliskan kejadian sehari-hari yang kita alami lewat buku harian.


KELIMA, berwawasan luas. Rajin membaca adalah salah satu kuncinya. Selain
pengetahuan kita akan bertambah luas, “jendela” kita pun akan semakin terbuka.

Dengan wawasan yang luas, kita akan dapat menulis berbagai masalah. Seorang penulis yang berwawasan tidak akan kehabisan ide untuk menulis.


KEENAM, disiplin. Bila seorang penulis ingin melihat tulisannya muncul di media
massa, disiplin yang ketat adalah salah satu kuncinya.

Sempatkanlah menulis dua kali sehari, pilih waktu yang sesuai untuk kita. Berlatihlah minimal selama satu jam. Setelah terbiasa, menulis akan terasa lebih mudah.

Jangan menulis kalimat yang panjang dan bertele-tele. Maksudnya agar pembaca cepat menangkap ide penulis. Disiplin ini berguna untuk mendidik dan membiasakan menulis pada waktu-waktu tertentu.

Ada pula penulis yang menunggu mood datang. Jika tidak ingin “diperbudak” oleh rasa itu, cobalah resep seorang penulis spesialis keluarga dan pernikahan ini, ia akan menulis saat tidak mood dan tidak menulis saat mood datang!


KETUJUH, penulis harus teliti dan berhati-hati. Kecerobohan adalah musuh bagi
seorang penulis.

Ketelitian dan hati-hati ini tidak hanya dalam menulis, berpikir, dan membaca saja, tetapi juga ketika mengetik, mengabadikan pendapat, menulis nama orang, nama media massa, dan alamat media massa itu.


KEDELAPAN, tabah menghadapi kendala. Kendala itu kadang-kadang berawal dari diri
kita sendiri maupun lingkungan di luar.

Kendala dari sendiri adalah rasa malas yang luar biasa. Enggan menerima kritik atau patah arang saat tulisannya (lagi-lagi) dikembalikan. Inilah yang membuat orang malas menulis atau menjadi penulis.

Penulis yang tidak tabah, jangan bercita-cita menjadi penulis terkenal. Padahal sebenarnya kita tahu tidak banyak penulis di Indonesia. Penulis di media massa boleh dikatakan hanya itu-itu saja.

KESEMBILAN, jangan sungkan untuk membaca ulang hasil tulisan kita.

Jangan sampai saat tulisan sudah ditangan redaksi, masih ada kesalahan ketik yang mengganggu, logika tulisan yang kacau, kalimat tidak runtut, sampai tanda baca yang salah. Kecenderungan inilah yang membuat tulisan kita berakhir di tong sampah.

Jangan pula berharap pihak redaksi media massa tersebut mau memberikan masukan kenapa tulisan kita ditolak. Mungkin saja tulisan kita adalah salah satu dari sekian ratus tulisan yang menumpuk di meja redaksi.

Bayangkan, jika semua penulis meminta hal yang sama pada redaksi, betapa sibuknya mereka. Harus disadari oleh penulis, kebanyakan redaksi tidak mengadakan surat-menyurat, sehingga kesalahan penulisan biasanya dipelajari oleh si penulis sendiri atau meminta saran dari penulis senior.

Kemudian ketik dengan bersih hasil editan, revisi dan koreksian kita. Bagi calon penulis atau pemula, pekerjaan mengedit ini tidak cukup sekali atau dua kali, mungkin sampai empat atau lima kali. Baca sekali lagi sebelum kita yakin bahwa tulisan ini adalah tulisan terbaik yang kita hasilkan sehingga laik muat.


KESEPULUH, jangan salah alamat. Sebelum menulis alamat media massa di amplop,
pastikan lebih dulu ke media massa naskah atau tulisan yang akan kita kirim.

Pelajari lebih dahulu media massa tersebut. Adakah rubrik tersebut di media massa itu. Pelajari juga selera atau keinginan redaksinya. Hal ini dapat dilihat dari isi media massa yang bersangkutan dengan jalan membacanya setiap kali terbit atau untuk surat kabar selama tujuh kali penerbitan.

Jangan sampai terjadi, tulisan rubrik pertanian Anda kirimkan ke rubrik politik begitu pula dengan media massanya.


KESEBELAS, jangan tunggu dimuat. Sifat jelek seorang calon penulis adalah
menunggu tulisannya dimuat tanpa membuat tulisan baru.

Jika mulai lelah menulis, kita bisa membaca buku untuk mencerahkan pikiran. Hendaklah seorang penulis terus menerus menulis secara kontinyu. Habis yang satu, tulis masalah lain.
Jangan sampai tulisan tak kunjung dimuat, sedangkan tulisan baru tidak ada. Tulislah masalah yang baru dan kirimkan ke media massa yang berbeda.


KEDUABELAS, sugesti positif. Mulai sekarang buanglah jauh-jauh perkataan atau
kalimat, “Saya tidak bisa.”

Ganti dengan kata-kata atau kalimat yang membangkitkan semangat. Kata-kata itu berguna untuk mensugesti diri.

Kata-kata atau kalimat, “Saya pasti bisa” dapat dikatakan sebagai sugesti positif. Untuk lebih memantapkan keyakinan, tulislah dengan huruf besar-besar, “SAYA INGIN JADI PENULIS.” Kemudian tempelkan di kamar tidur hingga mudah dibaca setiap waktu.


KETIGABELAS, seorang calon penulis, harus mempunyai sifat rajin, tekun dan
sabar. Sifat-sifat seperti ini harus dimiliki oleh setiap penulis yang ingin
maju.

Rajin mengikuti perkembangan, tekun dalam berlatih, memupuk kesabaran saat tulisannya belum laik muat, serta terus-menerus mencoba memperbaikinya.

Akhrnya tidak ada kata yang tepat selain, selamat menulis.

Wahyu Wibowo
Founder Sorsawo.Com

Artikel menarik lainnya...

0 comments: